Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah mengisyaratkan ada dua jenis istri di dunia ini. Yang pertama adalah istri yang mendatangkan kebahagiaan. Dan kedua adalah istri yang mendatangkan kesengsaraan.
Seperti apa istri yang mendatangkan kebahagiaan? Berikut ini empat kriterianya sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih.
فمن السعادة المرأة الصالحة تراها فتعجبك وتغيب عنها فتأمنها على نفسها ومالك
Adapun perkara yang membahagiakan, pertama adalah istri shalihah yang jika kamu memandangnya kamu menyukainya, dan jika engkau tidak berada di rumah ia menjaga kesuciannya serta menjaga hartamu. (HR. Hakim dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Al Albani)
Shalihah
Kriteria pertama istri yang membahagiakan adalah shalihah. Artinya, ia adalah seorang muslimah sekaligus mukminah. Ia beragama Islam dan beriman. Bukan sekedar Islam KTP, tetapi benar-benar beriman yang kemudian keimanannya mewujud dalam ibadah dan amal shalih.
Keislaman dan keimanan ini merupakan kunci utama istri yang membahagiakan bagi seorang suami muslim. Tidak dapat dibayangkan jika seorang istri bisa mendatangkan kebahagiaan bagi suami jika mereka beda aqidah. Seorang teman bercerita, tetangganya sangat gelisah karena anak-anaknya ikut agama istrinya yang non muslim. Ia menyesal dulu telah memilih istri hanya karena “cinta” tanpa mempertimbangkan agamanya. Namun, kini ia merasa tak mampu berbuat apa-apa.
Laki-laki lain, sebut saja namanya Andan, lebih menderita. Demi cintanya kepada sang istri yang non muslim, sudah sekitar sepuluh tahun ini ia murtad. Na’udzubillah.
Menarik dipandang
Dalam bahasa hadits tersebut tidak disebut cantik, tetapi disebut menarik atau membuat kagum suami jika dipandang. Menarik atau menyenangkan tidak selalu harus cantik. Apalagi, cantik itu relatif. Karenanya ketika masih sekolah menengah dulu, kelompok wanita cantik tidak bisa menjadi sebuah himpunan. Tidak bisa dimasukkan dalam diagram venn. Sebab setiap orang memiliki sudut pandang kecantikan yang berbeda.
Menarik dan menyenangkan itu bisa jadi karena aura cinta dan pancaran kasih sayang dari wajah istri. Senyum yang tulus juga membuat seorang istri menarik di hadapan suami. Sebaliknya, seorang wanita secantik apapun jika selalu cemberut di hadapan suami, ia tak menarik lagi.
Agar menarik dan menyenangkan suami, seorang istri perlu merawat dirinya. Berhias dengan hiasan yang disukai suami dan memakai pakaian yang serasi. Sebaliknya, suami perlu memfasilitasi istrinya agar bisa berhias dengan baik. Membelikan pakaian, kosmetik, dan seterusnya.
Menjaga kesucian
Kriteria ketiga adalah menjaga kesucian. Terutama saat suami pergi. Sebab ia berprinsip bahwa dirinya adalah wanita terhormat yang tunduk kepada aturan Allah dan setia kepada suami. Maka ia menjaga diri agar tidak berkhalwat, tidak ikhtilat, tidak tabarruj, dan senantiasa menutup aurat. Bicara pun dijaga, apalagi berdekatan dengan pria yang bukan mahramnya.
Suami yang memiliki istri dengan kriteria begini menjadi tenang hatinya, damai jiwanya. Ia benar-benar mengecap sakinah dalam kehidupan berumah tangga.
Menjaga harta
Kriteria keempat adalah menjaga harta suami ketika sang suami pergi. Bagi istri model begini, harta suami adalah amanah yang harus dijaganya dengan baik. Sebab ia sendiri menyadari bahwa harta itu juga untuk dirinya dan anak-anaknya; selain untuk mustahiq jika mencapai nisab dan haulnya.
Mendapati istri menjaga kehormatannya dan menjaga pula hartanya, suami tentu bahagia. Ketika pergi bertugas atau berdakwah, suami tidak disibukkan dengan pikiran macam-macam akibat kecurigaan. Ia juga tidak dibebani dengan pikiran-pikiran yang berpangkal dari kekhawatiran. Yang ada adalah ketenangan, kedamaian, kebahagiaan.
Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/keluargacinta.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar